Jumat, 15 Oktober 2010

Produk Warisan Budaya Produksi Batik Harus Digenjot

Jakarta - Produksi batik nasional masih bisa ditingkatkan dari saat ini, sehingga bisa meningkatkan kontribusinya dalam ekspor produk tekstil. Dengan ini, batik akan terus menjadi salah satu produk kreatif berbasis budaya bangsa yang menjadi andalan untuk menghasilkan devisa.

"Produk tekstil kita menyumbangkan devisa mencapai Rp 50 triliun ke kas negara. Batik adalah bagian dari industri tekstil, dan kapasitasnya bisa digenjot hingga empat kali lipat," kata Menko Kesra Agung Laksono saat membuka Seminar Dinamika Batik Indonesia dan Pameran Batik Ikon Budaya Bangsa di aula Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (UI) Depok, Rabu (6/10).

Menurut Agung Laksono, batik Indonesia merupakan salah satu ikon budaya hasil kearifan bangsa Indonesia. Diperkirakan lebih dari 800.000 perajin dan pengusaha batik tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia. "Potensi bisnisnya cukup besar, dan masih bisa digenjot untuk menambah devisa dari sektor industri kreatif berbasis budaya," tuturnya.

Agung Laksono juga meminta agar masyarakat tetap melestarikan produk batik yang telah dikukuhkan oleh United Nation of Education & Social Culture Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya dunia nonbenda, salah satunya dengan berkomitmen terus memakai batik dalam berbusana, setidaknya satu hari dalam sepekan.

"Untuk hari pemakaian batik, kami serahkan kepada instansi pemerintah dan pemerintah daerah setempat. Apakah itu hari Senin, Selasa, atau Jumat. "Pemerintah pusat tidak akan mengatur hari pemakaian batik ini," kata Agung Laksono.

Dia juga mengajak masyarakat agar bangga dan cinta terhadap warisan budaya Indonesia, termasuk produk batik. "Kalau bukan kita sendiri yang menjaga warisan budaya, siapa lagi? Jangan sampai ada teknologi modern di luar negeri sana yang membuat desain dan motif seperti batik. Ini bisa menjadi ancaman atas kelanggengan batik nantinya," katanya.

Menurut Agung, para pakar dan pemerhati budaya berkumpul dan menuangkan pikirannya dalam seminar Dinamika Batik Indonesia 2010. Dengan ini diharapkan bisa merumuskan langkah konkret untuk menyelamatkan, melestarikan, dan memanfaatkan batik, terutama melalui inovasi dan kreativitas untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

"Melalui kegiatan pameran seperti ini, batik bukan sekadar didudukkan sebagai warisan budaya yang digelar secara seremonial, tetapi juga untuk digali dan dikembangkan menjadi kekuatan jati diri bangsa, sehingga mampu menjadi inspirasi bagi kemandirian ekonomi, memperkuat daya saing, dan meningkatkan peradaban bangsa," kata Agung Laksono.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, jumlah industri kecil dan menengah (IKM) batik mencapai 48.300 unit usaha yang menyerap 792.300 tenaga kerja dengan nilai ekspor 110 juta dolar AS. (Singgih BS/Andrian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar